JAKARTA, 27 Agustus 2025 – Pembangunan Bendungan Bagong di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, terus dikebut oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan air melalui penyanggaan utama pasokan air irigasi untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Proyek strategis ini dirancang tidak hanya sebagai penampung air, tetapi juga untuk memberikan sederet manfaat nyata bagi masyarakat sekitar, mulai dari irigasi pertanian hingga pengendalian banjir.
Bendungan Bagong diproyeksikan memiliki
sejumlah fungsi vital yang akan dirasakan langsung oleh warga. Salah satu
manfaat utamanya adalah sebagai penyangga utama pasokan air irigasi untuk
Daerah Irigasi Bagong seluas 977 hektare (ha). Dengan kapasitas tampung raksasa
yang mencapai 17,40 juta meter kubik (m3), bendungan ini diharapkan mampu
menjaga ketersediaan air sepanjang tahun.
Dengan suplai air yang stabil, para petani
di wilayah Trenggalek tidak perlu lagi was-was menghadapi musim kemarau
panjang. Kehadiran Bendungan Bagong secara signifikan akan mengurangi risiko
gagal panen akibat kekeringan yang kerap menghantui.
“Ketika nanti bendungan mulai mengalirkan
air irigasi ke sawah-sawah di Trenggalek, harapannya sederhana, padi tetap
hijau meski hujan jarang turun, lumbung-lumbung desa penuh, dan kesejahteraan
petani meningkat,” kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Muhammad
Noor, menggambarkan dampak positif yang dinanti-nanti.
Selain untuk pertanian, bendungan
multifungsi ini juga akan menjadi sumber air baku bagi masyarakat. Nantinya,
Bendungan Bagong mampu menyuplai air bersih sebesar 153 liter per detik untuk
warga di Kecamatan Trenggalek, Pogalan, dan Bendungan. Ini menjadi jawaban atas
kebutuhan air bersih yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk.
Manfaat penting
lainnya adalah sebagai pengendali banjir. Sungai Bagong yang kerap meluap saat
musim hujan akan lebih terkendali. Bendungan ini didesain untuk mengurangi
debit banjir hingga 78,44%, yang setara dengan mengamankan area seluas 85,6
hektare di empat kecamatan sekaligus, yaitu Pogalan, Gandusari, Bendungan, dan
Trenggalek.
Menteri PU, Dody
Hanggodo, menegaskan pentingnya infrastruktur sumber daya air seperti bendungan
untuk mencapai swasembada pangan. Menurutnya, setelah pembangunan fisik
bendungan selesai, fokus akan dialihkan pada percepatan pengembangan jaringan
irigasi.
“Kita
sepakat bahwa infrastruktur sumber daya air sangat penting untuk mencapai
swasembada pangan. Salah satu contohnya adalah pembangunan bendungan yang
kemudian disalurkan melalui sistem irigasi primer, sekunder, hingga tersier
langsung ke lahan pertanian,” ujar Menteri Dody.
Bendungan yang
dibangun dengan tipe urugan zonal inti tegak setinggi 82 meter dan panjang 678
meter ini juga memiliki potensi tambahan. Dengan luas genangan mencapai 73,45
hektare, area sekitar bendungan diharapkan bisa dikembangkan menjadi lokasi
pariwisata baru yang dapat menggerakkan ekonomi lokal, sekaligus mendukung
upaya konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Bagong.
Hingga pekan
terakhir Agustus 2025, progres pembangunan Bendungan Bagong yang terbagi dalam
tiga paket pembangunan ini telah mencapai 77,29%. Rinciannya:
·
Paket
I berupa pembangunan bendungan utama mencapai progres 80,87%.
·
Paket II dan III berupa pembangunan
bangunan pelimpah, bangunan pengelak, fasilitas operasi, dan infrastruktur
pendukung. Progres Paket II selesai 100%, dan Paket III
mencapai 39,39%.
Secara
keseluruhan, Bendungan Bagong ditargetkan rampung pada tahun 2028. Kehadirannya
kelak menjadi bukti nyata bahwa sebuah infrastruktur dapat memberikan sejumlah
manfaat sekaligus, dari sawah yang menghijau hingga perlindungan dari bencana
alam.
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
Artikel ini juga tayang di vritimes